LAPORAN PENDAHULUAN
Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
A.
Pengertian
Halusinasi adalah
gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah persepsi
tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi
dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis,
hal 119)
Halusinasi
yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
B.
Tanda dan gejala :
1.
Bicara, senyum dan
tertawa sendiri
2.
Menarik diri dan
menghindar dari orang lain
3.
Tidak dapat membedakan
antara keadaan nyata dan tidak nyata
4.
Tidak dapat memusatkan
perhatian
5.
Curiga, bermusuhan,
merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6.
Ekspresi muka tegang,
mudah tersinggung
7.
(Budi Anna Keliat, 1999)
C.
Penyebab dari Halusinasi
Salah satu penyebab dari
Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu isolasi social : menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan Gejala :
1.
Apatis, ekspresi sedih,
afek tumpul
2.
Menghindar dari orang
lain (menyendiri)
3.
Komunikasi kurang/ tidak
ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat
4.
Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk
5.
Berdiam
diri di kamar/ klien kurang movilitas
6.
Menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
7.
Tidak/
jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
Akibat dari Halusinasi
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan
Tanda dan Gejala :
1.
Memperlihatkan
permusuhan
2.
Mendekati orang lain
dengan ancaman
3.
Memberikan
kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4.
Menyentuh orang lain
dengan cara yang menakutkan
5.
Mempunyai rencana untuk
melukai
D.
Pohon Masalah
Risiko mencederai diri
orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual:
halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
E.
Masalah Keperawatan dan
Data yang Perlu Dikaji
1.
Masalah keperawatan
Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
Isolasi sosial : menarik
diri
Data yang perlu dikaji
Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
Data subjektif
Klien mengatakan marah
dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau
mengacak-acak lingkungannya.
Data objektif
Klien mengamuk, merusak
dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang
disekitarnya.
2.
Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
Data Subjektif
Klien mengatakan
mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
Klien
mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
Klien
mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
Klien merasa makan
sesuatu.
Klien
merasa ada sesuatu pada kulitnya.
Klien
takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
Klien ingin memukul/
melempar barang-barang.
Data Objektif
Klien
berbicar dan tertawa sendiri.
Klien bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu.
Klien berhenti bicara
ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
Disorientasi.
3.
Isolasi sosial : menarik
diri
Data Subjektif
Klien mengungkapkan
tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
Klien
mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
Klien
malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
Data Objektif
Klien terlihat lebih suka
sendiri
Bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan
Ingin mencederai
diri/ingin mengakhiri hidup
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
Untuk
mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak
mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik
secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi
dokter
Sering kali pasien menolak obat yang
diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat
yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan
membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi
aktivitas pada pasien
Pasien di ajak
mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain
atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan
keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien
dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki
yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
Penatalaksanaan
pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu
:
1)
Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia
adalah obat-obatan anti-psikosis.
KELAS KIMIA
|
NAMA GENERIK (DAGANG)
|
DOSIS HARIAN
|
Fenotiazin
|
Asetofenazin (Tidal) Klopromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permiti) Mesoridazin (Serentil) Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine) Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine) Trifluopromazine (Vesprin)
|
60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg
15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg
|
Tioksanten
|
Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane)
|
75-600 mg 8-30 mg
|
Butirofenon
|
Haloperidol (Haldol)
|
1-100 mg
|
Dibenzondiazepin
|
Klozapin (Clorazil)
|
300-900 mg
|
Dibenzokasazepin
|
Loksapin (Loxitane)
|
20-150 mg
|
Dihidroindolon
|
Molindone (Moban)
|
15-225 mg
|
2) Terapi kejang
listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3) Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK)
(Purba,
Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).
F.
Strategi
PelaksanaaN
1. Sp 1
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
pasien
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
h. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
2. Sp 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
3. Sp 3
a.
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian
b.
Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
c.
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Sp 4
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan
obat secara teratur
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stuart GW, Sundeen, Buku
Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2.
Keliat
Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Jakarta : EGC, 1999
3.
Aziz
R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD
Dr. Amino Gonohutomo, 2003
4.
Tim
Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi
1, Bandung, RSJP Bandung, 2000