Rabu, 07 Desember 2011

ASKEP HALUSINASI


LAPORAN PENDAHULUAN
Perubahan sensori perseptual : halusinasi

A.      Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
B.       Tanda dan gejala :
1.         Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2.         Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3.         Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4.         Tidak dapat memusatkan perhatian
5.         Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6.         Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
7.         (Budi Anna Keliat, 1999)
C.       Penyebab dari Halusinasi
Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu isolasi social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan Gejala :
1.         Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2.         Menghindar dari orang lain (menyendiri)
3.         Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat
4.         Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
5.         Berdiam diri di kamar/ klien kurang movilitas
6.         Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
7.         Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
Akibat dari Halusinasi
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan
Tanda dan Gejala :
1.         Memperlihatkan permusuhan
2.         Mendekati orang lain dengan ancaman
3.         Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4.         Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5.         Mempunyai rencana untuk melukai
D.      Pohon Masalah
Risiko mencederai diri orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri
E.            Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.      Masalah keperawatan
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2.      Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
Klien merasa makan sesuatu.
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
Data Objektif
Klien berbicar dan tertawa sendiri.
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
Disorientasi.
3.      Isolasi sosial : menarik diri
Data Subjektif
Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri
Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan
Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup








PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :
1) Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis.

KELAS KIMIA
NAMA GENERIK (DAGANG)
DOSIS HARIAN
Fenotiazin
Asetofenazin (Tidal) Klopromazin (Thorazine) Flufenazine (Prolixine, Permiti) Mesoridazin (Serentil) Perfenazin (Trilafon) Proklorperazin (Compazine) Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril) Trifluoperazin (Stelazine) Trifluopromazine (Vesprin)
60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg
Tioksanten
Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane)
75-600 mg 8-30 mg
Butirofenon
Haloperidol (Haldol)
1-100 mg
Dibenzondiazepin
Klozapin (Clorazil)
300-900 mg
Dibenzokasazepin
Loksapin (Loxitane)
20-150 mg
Dihidroindolon
Molindone (Moban)
15-225 mg


2) Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
(Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).

F.        Strategi PelaksanaaN
1.      Sp 1
a.       Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b.      Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c.       Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d.      Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e.       Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pasien
f.       Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g.      Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
h.      Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
2.      Sp 2
a.       Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b.      Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
c.       Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
3.      Sp 3
a.         Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b.        Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
c.         Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4.      Sp 4
a.    Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
b.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat secara teratur
c.    Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian






DAFTAR PUSTAKA
1.        Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2.        Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3.        Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
4.        Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000